Harta yang dinikmati
Rosululloh shalallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “ seorang hamba mengatakan: “Hartaku hartaku.” Harta seorang hamba
itu ada tiga: apa yang ia makan kemudian ia habiskan, apa yang ia pakai lalu ia
hancurkan, dan apa yang ia berikan (sedekahkan) maka ia simpan pahalanya untuk
akhiratnya. Adapun selain itu akan hilang dan ia tinggalkan untuk orang lalin.
(HR. Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dalam hadits ini, Rosululloh shalallhu
‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa harta manusia itu hanya ada tiga. Yang
pertama adalah apa yang ia makan sendiri. Itulah harta yang ia nikmati.
Sebagai apapun ia di dunia, setinggi apapun
kedudukannya, seberapa pun banyak uang yang ia miliki, tetap saja ia makan 3
kali sehari. Kalaupun lebih, tidak akan mungkin makan tanpa berhenti. Karena
kapasitas perut manusia sangat terbatas.
Banyak makan (makan berlebihan) justru tidak
baik untuk kesehatan, fisik maupun psikologisnya. Terlalu banyak makan
cenderung menyebabkan kita menjadi malas dan emngantuk.
Apalagi rosululloh shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda yang artinya: “tidaklah seorang anak adam memenuhi sebuah
wadah yang lebih jelek daripada perutnya.” (HR. At Tirmidzi dari shahabat Al
Miqdam bin ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
rahiamhullah dalam shahihul jami’).
Yang kedua adalah harta yang berwujud
pakaian. Itulah harta yang dinikmati. Pakaian yang ia pakai kemudian usang.
Walaupun harta menumpuk, pakaian yang dinikmati adalah yang melekat di badannya
saja. Koleksi pakaian yang mahal hanyalah simpanan dalam lemari, yang dipakainya
tetap satu-satu.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah
bersabda yang artinya: “makan, minum, berapkaian, serta bersedekahlah tanpa
berlebih-lebihan dan tanpa ada kesombongan.” (HR. Abu Dawud. Al Bukhori secara
mu’alaq dan yang lainnya)
Yang ketiga adalah harta yang disedekahkan.
Inilah harta yang akan dinikmati secara hakiki. Inilah harta yang ditabung oleh
manusia untuk akhiratnya. Banyaknya harta di dunia tidaklah bermanfaat kecuali
harta yang disalurkan dalam rangka beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dalam hadits yang lain, Rosululloh shalallahu
‘alaihi wasallam menjelaskan semakna hadits ini, ketika itu disembelihkan
seekor kambing untuk beliau shalallhu ‘alaihi wsallam. Beliau shalallahu
‘alaihi wasallam bertanya kepada Aisyah istri beliau,” Apa yang tersisa dari
kambing tersebut?”
Aisyah radhiyallahu ‘anhuma menjawab: “Tidak
tersisa kecuali satu paha bagian depan ya Roslulullah.” Beliau shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Bahkan semaunya sisa selain paha depan (yang akan
kita makan ini)” (HR. At Tirmidzi dari Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu
‘anhuma dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dalam shahih sunan At
Tirmidzi).
Subhanallah, inilah hasil jerih payah yang
sebenarnya. Uang yang dibelanjakan untuk keuarga, harta yang disihkan untuk
pembangunan masjid dan madrasah, harta yang kita sedekahkan kepada orang yang
membutuhkan, semua inlah harta kita yang sesungguhnya.
Referensi: Ringkasan dari ‘Harta yang
dinikmati’. Majalah Tashfiyah. Edisi 17 volume 02 1433/2012M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar