Sabtu, 23 November 2013

Harta yang dinikmati




Harta yang dinikmati

Rosululloh shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ seorang hamba mengatakan: “Hartaku hartaku.” Harta seorang hamba itu ada tiga: apa yang ia makan kemudian ia habiskan, apa yang ia pakai lalu ia hancurkan, dan apa yang ia berikan (sedekahkan) maka ia simpan pahalanya untuk akhiratnya. Adapun selain itu akan hilang dan ia tinggalkan untuk orang lalin. (HR. Muslim dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Dalam hadits ini, Rosululloh shalallhu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa harta manusia itu hanya ada tiga. Yang pertama adalah apa yang ia makan sendiri. Itulah harta yang ia nikmati.

Sebagai apapun ia di dunia, setinggi apapun kedudukannya, seberapa pun banyak uang yang ia miliki, tetap saja ia makan 3 kali sehari. Kalaupun lebih, tidak akan mungkin makan tanpa berhenti. Karena kapasitas perut manusia sangat terbatas.

Banyak makan (makan berlebihan) justru tidak baik untuk kesehatan, fisik maupun psikologisnya. Terlalu banyak makan cenderung menyebabkan kita menjadi malas dan emngantuk.

Apalagi rosululloh shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya: “tidaklah seorang anak adam memenuhi sebuah wadah yang lebih jelek daripada perutnya.” (HR. At Tirmidzi dari shahabat Al Miqdam bin ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahiamhullah dalam shahihul jami’).

Yang kedua adalah harta yang berwujud pakaian. Itulah harta yang dinikmati. Pakaian yang ia pakai kemudian usang. Walaupun harta menumpuk, pakaian yang dinikmati adalah yang melekat di badannya saja. Koleksi pakaian yang mahal hanyalah simpanan dalam lemari, yang dipakainya tetap satu-satu.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda yang artinya: “makan, minum, berapkaian, serta bersedekahlah tanpa berlebih-lebihan dan tanpa ada kesombongan.” (HR. Abu Dawud. Al Bukhori secara mu’alaq dan yang lainnya)

Yang ketiga adalah harta yang disedekahkan. Inilah harta yang akan dinikmati secara hakiki. Inilah harta yang ditabung oleh manusia untuk akhiratnya. Banyaknya harta di dunia tidaklah bermanfaat kecuali harta yang disalurkan dalam rangka beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.

Dalam hadits yang lain, Rosululloh shalallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan semakna hadits ini, ketika itu disembelihkan seekor kambing untuk beliau shalallhu ‘alaihi wsallam. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Aisyah istri beliau,” Apa yang tersisa dari kambing tersebut?”

Aisyah radhiyallahu ‘anhuma menjawab: “Tidak tersisa kecuali satu paha bagian depan ya Roslulullah.” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bahkan semaunya sisa selain paha depan (yang akan kita makan ini)” (HR. At Tirmidzi dari Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anhuma dishahihkan oleh Syaikh Al Albani rahimahullah dalam shahih sunan At Tirmidzi).

Subhanallah, inilah hasil jerih payah yang sebenarnya. Uang yang dibelanjakan untuk keuarga, harta yang disihkan untuk pembangunan masjid dan madrasah, harta yang kita sedekahkan kepada orang yang membutuhkan, semua inlah harta kita yang sesungguhnya.

Referensi: Ringkasan dari ‘Harta yang dinikmati’. Majalah Tashfiyah. Edisi 17 volume 02 1433/2012M


Tidak ada komentar:

Posting Komentar